Senin, 28 November 2011

Hiperemesis Gravidarum


Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering terjadi pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula terjadi setiap saat dan malam hari. Gejala ini terjadi kira-kira 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung sekitar 10 minggu. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormone estrogen dan HCG dalam serum. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan diri dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi tergangggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inlah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.


A. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Tetapi ada beberapa factor predisposisi dan factor lain yang ditemukan antara lain :
a.             Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, molahidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada molahidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa factor hormone memegang peranan karena pada kedua keadaan tersebut hormone HCG dibentuk berlebihan.
b.            Masuknya villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic akibat kehamilan serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan factor organic.
c.             Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu factor organic.
d.            Faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan serta takut dengan tanggung jawab sebagai ibu , dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah.

 B. Patologi
a.             Hati, pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi hanya ditemukan degenerasi lemak tanpa nekrosis. Kelainan lemak ini tidak menyebabkan kematian dan dianggap sebagai akibat muntah yang terus-menerus.
b.            Jantung, jantung menjadi lebih kecil dan beratnya atrifi. Kadang-kadan ditemukan perdarahan sub-endokardial.
c.             Otak, ditemukan bercak-bercak perdarahan padaotak dan dilatasi kapiler dan perdarahan kecil-kecil di daerah korpora mamilaria verntrikel ketiga dan keempat.
d.            Ginjal, ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak ditemukan pada tubuli kontorti.

C. Gejala dan Tanda
            Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 tingkatan yaitu :
a.       Tingkatan I : muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat menjadi 100 kali/menit, tekanan darah systole menurun, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung.
b.      Tingkatan II : Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lebih mongering dan nampak kotor, nadi lemah dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oligouria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan dan dapat pula ditemukan dalam urin.
c.       Tingat III : keadaan umum lebih parah, muntah terhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi lemah dan cepat, suhu meningkat, tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan syaraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wernicke dengan gejala : nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.

D. Penanganan

a.      Penanganan non medis :
v  Memberikan keyakinan mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang pada kehamilan 4 bulan.
v  Menganjurkan untuk mrngubah pola makan menjadi porsi kecil tapi sering.
v  Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat.
v  Hindarkan makanan yang berminyak dan berlemak.
v  Makanan disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
v  Defekasi yang teratur
v  Menghindari kekurangan karbohidrat dengan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula.

b.      Penanganan medis
v  Obat- obatan, Sedativa yang sering diberikan adalah Phenobarbital, vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6. Antihistaminika seperti dramamin, dan avomin. Pada keadaan berat diberikan antiemetik seperti disklomin hidrokhloride atau khlorpromasin.
v  Isolasi, penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah, peredaran udara bai. Catat cairan yang kelua. Tidak diberikan makanan/minuman selama 24 jam.
v  Terapi psikologik
v  Cairan parenteral, berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5 % dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara iv.