Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering terjadi pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula terjadi setiap saat dan malam hari. Gejala ini terjadi kira-kira 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung sekitar 10 minggu. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormone estrogen dan HCG dalam serum. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan diri dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi tergangggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inlah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.
A. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum
diketahui dengan pasti. Tetapi ada beberapa factor predisposisi dan factor lain
yang ditemukan antara lain :
a.
Faktor
predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, molahidatidosa dan
kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada molahidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa factor hormone memegang peranan karena pada kedua
keadaan tersebut hormone HCG dibentuk berlebihan.
b.
Masuknya
villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic akibat
kehamilan serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini
merupakan factor organic.
c.
Alergi,
sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai
salah satu factor organic.
d.
Faktor
psikologik memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan serta takut
dengan tanggung jawab sebagai ibu , dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah.
B. Patologi
a.
Hati, pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi
hanya ditemukan degenerasi lemak tanpa nekrosis. Kelainan lemak ini tidak
menyebabkan kematian dan dianggap sebagai akibat muntah yang terus-menerus.
b.
Jantung, jantung menjadi lebih kecil dan beratnya atrifi.
Kadang-kadan ditemukan perdarahan sub-endokardial.
c.
Otak, ditemukan bercak-bercak perdarahan padaotak dan
dilatasi kapiler dan perdarahan kecil-kecil di daerah korpora mamilaria
verntrikel ketiga dan keempat.
d.
Ginjal, ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak
ditemukan pada tubuli kontorti.
C. Gejala dan Tanda
Hiperemesis
gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 tingkatan yaitu
:
a. Tingkatan I : muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan
umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun
dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat menjadi 100 kali/menit,
tekanan darah systole menurun, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata
cekung.
b. Tingkatan II : Penderita tampak lebih lemah dan apatis,
turgor kulit lebih berkurang, lebih mongering dan nampak kotor, nadi lemah dan
cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan turun dan
mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oligouria dan konstipasi.
Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan dan dapat pula ditemukan dalam urin.
c. Tingat III : keadaan umum lebih parah, muntah terhenti,
kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi lemah dan cepat, suhu
meningkat, tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan syaraf yang
dikenal sebagai ensefalopati Wernicke dengan gejala : nistagmus, diplopia dan
perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan,
termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.
D. Penanganan
a.
Penanganan non medis :
v Memberikan keyakinan mual dan
kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan
akan hilang pada kehamilan 4 bulan.
v Menganjurkan untuk mrngubah pola makan
menjadi porsi kecil tapi sering.
v Waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biscuit dengan teh
hangat.
v Hindarkan makanan yang berminyak dan
berlemak.
v Makanan disajikan dalam keadaan panas atau
sangat dingin.
v Defekasi yang teratur
v Menghindari kekurangan karbohidrat dengan
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula.
b.
Penanganan medis
v Obat-
obatan, Sedativa yang
sering diberikan adalah Phenobarbital, vitamin yang dianjurkan adalah vitamin
B1 dan B6. Antihistaminika seperti dramamin, dan avomin. Pada keadaan berat
diberikan antiemetik seperti disklomin hidrokhloride atau khlorpromasin.
v Isolasi, penderita disendirikan dalam kamar yang
tenang, cerah, peredaran udara bai. Catat cairan yang kelua. Tidak diberikan
makanan/minuman selama 24 jam.
v Terapi
psikologik
v Cairan
parenteral, berikan
cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa
5 % dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan
bila ada kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara iv.